Minggu, 16 September 2012

CELEBES SOCIALITY COMING SOON





Ikuti "CELEBES SOCIALITY" Discovery Culture & Personality 17 - 30 November 2012. Rasakan sensasi liburan yang beda dan langsung dari 5 kabupaten dan 5 tempat wisata (Malino, Bira, Bantimurung, Toraja dan Samalona) , bersosialisasi dengan teman- teman dari dalam dan luar Sulawesi Selatan. Di sini, pribadimu akan diuji bagaimana beradaptasi dan mempelajari budaya masyarakat sekitar yang dikemas dalam konsep persaingan untuk memperebutkan hadiah jutaan rupiah

Biaya akomodasi selama 2 minggu Rp.2,6 Juta untuk transportasi selama di Sulawesi Selatan, Konsumsi, Penginapan, Tiket Wisata, Merchandise menarik.


CP: Wulan  (081355882270/08991793497)

SAMALONA, PERMATA DI UJUNG SELAT MAKASSAR


Samalona adalah nama dari sebuah pulau kecil yang berada di selat makassar, secara administratif, pulau ini masuk dalam wilayah kota Makassar, Sulawesi Utara, Indonesia. Perjalanan untuk mencapai pulau ini dapat ditempuh dengan menggunakan alat transportasi speed boat dari kota Makassar, dengan lama perjalanan sekitar 20 sampai dengan 30 menit.

Secara fisik, pulau samalona sendiri adalah sebuah gugusan pulau karang yang memiliki bentuk bundar, dengan luas area sekitar 2,34 hektar. Pulau kecil ini termasuk salah satu dari sekian banyak pulau yang ada di Indonesia, yang sering dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Pasir putih yang menghias sepanjang bibir pantai di pulau ini seakan menjadi tempat yang sangat cocok untuk berjemur, selain tentunya pemandangan bawah lautnya yang cukup eksotis dan mempesona. Pulau Samalona menyimpan keindahan bawah laut yang sempurna. Lautannya yang bersih, terumbu karang berwarna-warni, dan ikan laut yang cantik, menjadikan tempat ini sempurna untuk diselami.Di pulau ini, para wisatawan yang berkunjung melakukan diving maupun snorkling untuk menikmati keindahan karang karang laut yang dihuni oleh beraneka ragam ikan tropis yang berwarna warni, maupun biota laut yang lainnya.



Pulau samalona selain sebagai tempat wisata yang menyuguhkan beragam keindahan flora maupun fauna khas tropis, ternyata juga menyimpan cerita sejarah yang tak terkait dengan perjuangan bangsa Indonesia dahulu. Disekitar pulau ini, kita dapat menemukan jejak jejak kapal perang sisa peninggalan pada Perang Dunia II dulu, kurang lebih ada sekitar 7 bangkai kapal yang teronggok di sekitar perairan pulau Samalona, antara lainnya adalah kapal Maru, kapal selam pemburu/gunboat,yang merupakan kapal perang milik armada laut Jepang yang ada pada kedalaman sekitar 30 meter, kapal Lancaster Bomber, dan kapal Hakko Maru yang merupakan kapal perang buatan Belanda. Secara keseluruhan, keberadaan bangkai kapal-kapal perang tersebut kini telah berubah fungsi menjadi rumah bagi ratusan biota laut yang ada di pulau Samalona.

Puas menyelam, saatnya bersantai di pantainya. Pantai di Pulau Samalona memiliki pasir putih dan sangat bersih. Saat senja, sunsetnya sungguh menawan. Dengan pemandangan laut lepas yang luas dan tidak ramai oleh orang-orang atau toko-toko, akan membuat Anda nyaman untuk menikmati sang mentari yang perlahan tenggelam.







Anda juga bisa menyewa kapal untuk mengelilingi Pulau Samalona dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Lautnya sungguh biru dan indah, jadi siapkan kamera terbaik Anda.



WISATA BUDAYA TANA TORAJA






Tana Toraja merupakan salah satu daya tarik wisata Indonesia, dihuni oleh Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias. Daerah ini merupakan salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan yang sangat menarik dan tidak boleh anda lewatkan.

TANA Toraja merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletas sekira 328 kilometer di utara kota Makassar. Sebagai daerah wisata, Tana Toraja berada pada ketinggian 300 hingga 2880 meter dari permukaan laut dengan suhu antara 16-28 derajat celcius. Tana Toraja menyimpan banyak potensi wisata yang layak dikembangkan.

Berikut ini adalah daftar beberapa tempat menarik yang mungkin bisa anda kunjungi :



Pallawa







Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (bangah) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
Tongkonan Pallawa adalah salah satu tongkonan yang berada di antara pohon-pohon bambu di puncak bukit. Tongkonan tersebut didekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang ditancapkan di bagian depan rumah adat. Terletak sekitar 12 Km ke arah utara dari Rantepao.


Londa







Londa adalah bebatuan curam di sisi makam khas Tana Toraja. Salah satunya terletak di tempat yang tinggi dari bukit dengan gua yang dalam dimana peti-peti mayat diatur sesuai dengan garis keluarga, di satu sisi bukit lainya dibiarkan terbuka menghadap pemandangan hamparan hijau. Londa terletak de Desa Sendan Uai, Kecamatan Sanggalai, sekitar 5 Km ke arah selatan dari Rantepao, Tana Toraja.


Ke'te Kesu




Ke’te Kesu berarti pusat kegiatan, dimana terdapatnya perkampungan, tempat kerajinan ukiran, dan kuburan. Pusat kegiatannya adalah berupa deretan rumah adat yang disebut Tongkonan, yang merupakan obyek yang mempesona di desa ini. Selain Tongkonan, disini juga terdapat lumbung padi dan bangunan megalith di sekitarnya. Sekitar 100 meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing dengan kuburan bergantung dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar. Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja souvenir. Terletak sekitar 4 Km dari tenggara Rantepao.

Batu Tumonga 



Di kawasan ini anda dapat menemukan sekitar 56 batu menhir dalam satu lingkaran dengan 4 pohon di bagian tengah. Kebanyakan batu menhir memiliki ketinggian sekitar 2 – 3 meter. Dari tempat ini anda dapat melihat keindahan Rantepao dan lembah sekitarnya. Terletak di daerah Sesean dengan ketinggai 1300 Meter dari permukaan laut.


Lemo



Lemo merupakan sebuah kuburan yang dibuat di bukit batu. Bukit ini dinamakan Lemo karena bentuknya bulat menyerupai buah jeruk (limau). Di bukit ini terdapat sekitar 75 lubang kuburan dan tiap lubangnya merupakan kuburan satu keluarga dengan ukuran 3 X 5 M. Untuk membuat lubang ini diperlukan waktu 6 bulan hingga 1 tahun dengan biaya sekitar Rp. 30 juta. Tempat ini sering disebut sebagai rumah para arwah. Di pemakaman Lemo anda dapat melihat mayat yang disimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti dengan melalui upacara Ma Nene. Kuburan Batu Lemo ini terletak di sebelah utara Makale, Kabupaten Tana Toraja.

Kuburan Bayi Kambira 
Di kuburan ini, bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon Tarra’. Bayi ini dianggap masih masih suci. Pohon Tarra’ dipilih sebagai tempat penguburan bayi, karena pohon ini memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu. Dengan menguburkan di pohon ini, orang-orang Toraja menganggap bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan mereka berharap pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang akan lahir kemudian.
Pohon Tarra’ memiliki diameter sekitar 80 – 100 cm dan lubang yang dipakai untuk menguburkan bayi ditutup dengan ijuk dari pohon enau. Pemakaman seperti ini dilakukan oleh orang Toraja pengikut ajaran kepercayaan kepada leluhur. Upacara penguburan ini dilaksanakan secara sederhana dan bayi yang dikuburkan tidak dibungkus dengan kain, sehingga bayi seperti masih berada di rahim ibunya.
Kuburan ini terletak di Desa Kambira, tidak jauh dari Makale, Tana Toraja.




Arung Jeram Sungai Sa’dan 
Sungai Sa’dan memiliki panjang sekitar 182 km dan lebar rata-rata 80 meter serta memiliki anak sungai sebanyak 294. Di sepanjang Sungai ini terdapat beberapa jeram dengan tingkat kesulitan yang berbeda, seperti jeram Puru’ dengan kategori tingkat kesulitan III; jeram Pembuangan Seba dengan kategori tingkat kesulitan IV, yaitupermukaan air di pinggir sungai yang lebar dan tiba-tiba menyempit dengan cepat; jeram Fitri dengan kategori tingkat kesulitan V, yaitu berupa patahan dan arus sungai yang menabrak batu besar yang dapat menyebabkan perahu menempel di batu dan terjebak diantaranya. Selain itu, topografi daerah ini juga sangat menarik dengan keindahan alam dan udara yang sejuk di sepanjang perjalanan.
Lokasi Sungai Sa’dan ini dimulai dari jembatan gantung di Desa Buah Kayu kabupaten Tana Toraja dan berakhir di jembatan Pappi Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Upacara Adat Rambu Solo 
Rambu Solo dalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Puncak dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus. Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau, kerbau-kerbau yang akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki. Ada juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.
Kerbau yang disembelih dengan cara menebas leher kerbau hanya dengan sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja. Kerbau yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau bule “Tedong Bonga” yang harganya berkisar antara 10 – 50 juta per ekornya.
Upacara adat ini biasanya dilaksanakan di Kampung Bonoran, Desa Ke’te’ Kesu’, Kecamatan Kesu’, Tana Toraja.

Selasa, 11 September 2012

WISATA ALA PUNCAK DI MALINO



Sebagian orang yang jenuh dengan hiruk pikuk kota, memiliki jawaban yang sama ketika ditanya hendak pergi ke mana menikmati liburan akhir pekan? Mereka menginginkan pergi ke tempat yang tenang, sejuk dan alami. Mereka yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya, maka pilihan tersebut akan jatuh ke kawasan Puncak Bogor dan sekitarnya. Sedangkan bagi warga di Makassar dan sekitarnya, maka kawasan Wisata Alam Malino akan menjadi pilihan terbaiknya. Kawasan ini merupakan wahana dari beberapa objek wisata alam di sekitar Kota Malino yang dikelilingi hutan Taman Wisata Alam Malino.

Malino berada 90 km di sebelah timur kota Makassar. Jalanannya beraspal halus, berliku dan mendaki menyusuri kaki Gunung Bawakaraeng di kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Dilihat dari udara akan tampak aliran Sungai Jeneberang yang mengalir dari Gunung Bawakaraeng menuju Makassar. Tampak pula aliran sungai yang melebar menjadi seperti genangan air yang luas. Itu tidak lain adalah Bendungan Bili-bili. Bendungan ini tampak bersebelahan jalanan berliku yang tadi dilewati. Rute perjalanan hanya ada satu poros jalan yaitu dari Makassar menuju ke Malino hingga ke arah Sinjai.

 Memasuki kota Malino yang juga merupakan ibukota Kecamatan Tinggimoncong, sederet villa dan toko kecil menghiasi jalanan. Jalan poros Makassar-Malino-Sinjai ini membelah kota Malino dan Hutan pinus TWA Malino, sehingga aksesilibitas lokasi menjadi sangat mudah. Sajian utama wisata alam di TWA Malino seluas ± 3.500 ha adalah menikmati kesejukan alami hutan pinus yang berada 2 km di luar Kota Malino.Tawaran wisata berkuda juga menggoda untuk dicoba. Rute yang ditawarkan berupa satu kali berkendara kuda mengelilingi setengah hektar hutan pinus. Bila masih penasaran dalam menunggang kuda, maka cukup dengan lima puluh ribu rupiah, kuda dapat disewa selama satu jam. Lumayan, hitung-hitung belajar naik kuda sambil berwisata.




Pemerintah Daerah setempat memperkaya pengembangan wisata alam di Malino, dengan menambahkan beberapa objek wisata di sekitar batas hutan TWA Malino. Di Kota Malino, terdapat Permandian Lembah Biru yang bersambung ke Air terjun Tangga Seribu Sungai Bulan. Dinamakan demikian karena jumlah tangga menurun menuju air terjun yang begitu banyak. Namun itu terbayar lunas setelah menyaksikan tinggi dan derasnya curahan air terjun. Hanya saja ketika pulang, maka perjalanan akan menjadi mendaki dan membuat kaki terasa seperti mendaki tangga gedung bertingkat enam lantai.




Empat kilometer sebelah tenggara kota Malino di daerah Bulutana di luar TWA Malino, dapat dinikmati Air Terjun Takapala. Takapala diartikan sebagai ta=tidak, kapala’=tebal. Maksudnya air terjun ini tidak deras atau tidak berbahaya untuk dikunjungi wisatawan. Objek-objek wisata air terjun selalu menarik untuk dikunjungi, meski hanya duduk terdiam, menikmati perpaduan sensasi gemuruh suaranya dan melihat butiran kabut air yang berjatuhan. Dan akan makin menyegarkan bila berani berbasah-basah.



Perjalanan selama dua jam dihiasi dengan perbukitan yang tegak menjulang di kiri jalan dan lembah melandai di kanan jalan. Semakin dekat dengan Malino, semakin tajam tikungan yang dilalui Hingga akhirnya, hawa dingin nan sejuk mulai menerpa, ketika kumpulan tegakan pinus (Pinus merkusii) di ketinggian 1.000 meter di-atas-permukaan-laut menyambut kedatangan di Malino. Sejarah mencatat bahwa kesejukan alam Malino ini merupakan magnet yang memikat untuk dikunjungi. Jauh dimasa kerajaan Gowa, kawasan Malino telah menjadi tempat peristirahatan para raja dan keluarganya. Di tahun 1927, Gubernur Caron di masa penjajahan Belanda, membangun pesanggrahan di Malino sebagai tempat peristirahatan bagi para petingginya. Tahun 1946 di Malino diselenggarakan konferensi Negara Indonesia Timur yang menggagas kehendak untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia. Dan di tahun 2001 digelar Perjanjian Perdamaian Malino I dan II untuk melerai pertikaian di Poso, Sulawesi Tengah dan untuk di Ambon, Maluku.



Empat kilometer sebelah utara dari kota Malino, di daerah Pattapang kelurahan Bulutana di luar perbatasan TWA Malino, terbentang 130 ha kebun teh milik PT. Nittoh Malino Teh (NMT). Hamparan kebu teh menawarkan suasana hijau sejuk bagi indera penglihatan dan segelas teh hangat untuk mengusir hawa dingin yang makin menggigit. Kebun teh ini dibangun pada tahun 1979 dengan nama PT. Nittoh Teh dan dikelola oleh PT.Dharma Incar Corp. Pada tahun 1987, perusahaan teh ini beralih ke investor dari Jepang yang kemudian mengganti namanya menjadi PT.NMT.

Di pinggir kota Malino, di Jalan Pendidikan di antara deretan pepohonan pinus TWA Malino, terbuka areal seluas satu hektar. Di areal ini biasa digunakan oleh Parabus Malino Adventure Tour and Outbond untuk menyelenggarakan kegiatan outbond. Umumnya pesertanya berasal dari kalangan karyawan perusahaan dalam rangka membangun semangat kerja atau pun kepemimpinan yang dikemas dalam bentuk permainan tematik yang lucu dan menantang. Dan terbuka pula untuk kalangan lainnya dengan sistem pemesanan dalam rombongan wisata.

Kalau Bandung terkenal dengan julukan “Kota kembang”, maka Malino dapat disebut sebagai “Kota Bunga di Sulawesi Selatan”. Julukan ini muncul karena banyak species bunga yang tumbuh di Malino. Hasil penelitian Gerard Van Went Gerard (2007) dari lembaga penelitian asal Belanda pada “Programme Uitzending Managers” (PUM), menyatakan bahwa sekitar 60% bunga yang tumbuh di Belanda juga terdapat di kawasan Malino dan sekitarnya. Bunga yang terkenal di antaranya adalah anggrek dan eidelwis yang banyak dijajakan pedagang kaki lima di Malino.

Di daerah Kanreapia, sekitar 8 km ke arah timur kota Malino, kebun-kebun hortikultura milik warga setempat berjajar rapi jalur-jalur tanaman wortel, tomat, kentang, kubis, vetsai, bawang dan buah - buahan seperti markisa dengan harga terjangkau dan sebagainya. Sebagai oleh-oleh bagi dapur sehat, sayur mayur ini dapat dibeli di pasar kota Malino dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan di Makassar.




 Perubahan nuansa lingkungan yang drastis dari hiruk pikuk kota ke kesejukan yang menenangkan, dari kota pantai yang panas ke pegunungan yang dingin yang berkabut, dipercaya mampu memberikan variasi dalam rutinitas kehidupan, menyegarkan kembali suasana hati. Seeing is believing. Dan ketika makin banyak orang yang menyukainya, maka membebaskan diri sejenak ke alam bebas telah menjadi momentum kecil yang selalu dinantikan.

TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG, SURGA BAGI KUPU-KUPU





Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung atau yang biasa disingkat dengan TN Babul merupakan salah satu destinasi wisata yang menjadi favorit warga Makassar. Kenapa? Satu yang pasti, lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Makassar, hanya berjarak 40 km yang bisa ditempuh dalam waktu satu jam dengan kendaraan pribadi atau dua jam dengan kendaraan umum. Taman nasional yang terletak di Kabupaten Maros ini memiliki cukup banyak keunikan. Salah satunya adalah lokasinya yang terletak di kawasan Karst Maros yang merupakan karst terbesar dan terindah kedua di dunia setelah karst di China.




Potensi wisata alam di Indonesia memang tidak akan habis. Selain keindahan gua dan air terjunnya serta Karst kedua terluas di dunia, Taman Nasional Bantimurung Bulusarung juga memiliki keindahan dari ratusan spesies kupu-kupu.Begitu tiba di tempat ini, Anda akan disambut dengan patung raksasa dan monyet yang besar. Kupu-kupu dan kera adalah maskot dari Taman Nasional Bantimurung Bulusarung. Taman Nasional Bantimurung terkenal dengan puluhan ratusan kupu-kupu dan 3 jenis di antaranya hanya terdapat di Sulawesi Selatan.





Alfred Russel Wallace, salah satu peneliti terkenal yang membagi spesies flora dan fauna di Indonesia, menuturkan Taman Nasional Bantimurung sebagai 'The Kingdom of Butterfly' di dalam bukunya, The Malay Archipelago. Di dalam bukunya, Wallace menyebutkan, terdapat 300 spesies kupu-kupu ada di tempat tersebut. Kupu-kupu juga yang membantu Wallace untuk menentukan garis pembatas flora dan fauna di Indonesia.


 Beberapa koleksi kupu-kupu dapat Anda lihat
 dari dekat di Museum Kupu-kupu. Di museum, selain koleksi asli kupu-kupu khas Sulawesi, juga terdapat jenis kupu-kupu dari berbagai pelosok Indonesia.Setelah dari museum, Anda dapat beranjak menuju ke tempat penangkaran kupu-kupu. Terdapat 2 kerangkeng besar di tempat ini. Anda juga dapat melihat secara langsung kehidupan kupu-kupu dari dekat. Mulai dari telur, ulat, kepompong, hingga menjadi kupu-kupu yang cantik. Selain itu, Jangan lupa, untuk berbelanja souvenir cantik yang bertema kupu-kupu di tempat ini.

Kupu-kupu adalah salah satu satwa yang cantik dan digemari hampir setiap orang. Maka, kita harus menjaga dan melestarikan kehidupan kupu-kupu tersebut. Tempat penangkaran dan museum kupu-kupu adalah tempat belajar Anda untuk menjaga kelestarian kupu-kupu.

TAK ADA YANG TAK INDAH DI TANJUNG BIRA




Tanjung bira terkenal dengan pantai pasir putihnya yang cantik dan menyenangkan. Airnya jernih, baik untuk tempat berenang dan berjemur. Disini kita dapat menikmati matahari terbit dan terbenam dengan cahayanya yang berkilau nenbersit pada hamparan pasir putih sepanjang puluhan kilometer.
Pantai bira yang sudah terkenal hingga mancanegara, kini sudah ditata secara apik menjadi kawasan wisata yang patutu di andalkan. Berbagai sarana sudah tersedia, seperti perhotelan, restoran, serta sarana telekomunikasi, pantai bira berlokasi sekitar 41 km kearah timur dari kota bulukumba. dengan pelabuhan penyeberangan fery yang menghubungkan daratan Sulawesi Selatan dengan pulau selayar.

Tanjung Bira merupakan pantai pasir putih  yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan. Pantai ini termasuk pantai yang  bersih, tertata rapi, dan air lautnya jernih. Keindahan dan kenyamanan pantai ini terkenal hingga ke mancanegara. Turis-turis asing dari berbagai negara banyak yang berkunjung ke tempat ini untuk berlibur.
Pantai Tanjung Bira sangat indah dan  memukau dengan pasir putihnya yang lembut seperti tepung terigu. Di lokasi,  para pengunjung dapat berenang, berjemur, diving dan snorkling. Para pengunjung juga dapat menyaksikan  matahari terbit dan terbenam di satu posisi yang sama, serta dapat menikmati  keindahan dua pulau yang ada di depan pantai ini, yaitu Pulau Liukang dan Pulau  Kambing.



Tanjung Bira terletak di daerah ujung paling selatan Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kecamatan Bonto Bahari,  Kabupaten Bulukumba. Kawasan wisata Pantai Tanjung Bira dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti restoran, penginapan, villa, bungalow, dan hotel. Di kawasan pantai  juga terdapat pelabuhan kapal ferry yang siap mengantarkan pengunjung yang ingin berwisata selam ke Pulau Selayar. Selain itu, di tanjung Bira kita bisa menikmati Nemo, pasir putih, snorkeling, diving, bakar ikan, semua bisa dilakukan di pulau ini.  Nama Tanjung Bira memang kurang popular dibandingkan dengan Bali, Lombok, atau Raja Ampat. Tetapi birunya alam Bulukumba tidak kalah seksi dengan pantai-pantai berpasir putih di Indonesia. Bahkan menjadi pasir putih terbaik kedua di dunia


CELEBES SOCIALITY